ME and DANCING
Menari bukan
hanya sekedar memutar tangan, memindahkan kaki dari kanan ke kiri kemudian
sebaliknya atau bahkan tak hanya sekedar melenggokkan pinggul kesana kemari.
Menari itu merupakan keajaiban luar biasa dimana seseorang mampu mengungkapkaan
perasaan, menyampaikan pesan tersirat, bahkan mampu berkomunikasi dengan para
penikmatnya. Keajaiban ini seolah-olah datang beriringan dengan muculnya cabang
bayi di dalam perut seorang perempuan luar biasa yang telah melahirkan saya.
Sesuai dengan
nama yang diberikan kepada saya, RADHA. Para pecinta film India mungkin tidak
asing lagi dengan nama ini, karena asal nama Radha itu sendiri di ambil dari
aktor film india , dan juga merupakan seorang istri salah satu dewa kepercayaan
agama hindu, yaitu khresna, itu salah satunya. Dan jika kalian sudah ada yang
pernah menonton film Student of the year, kalian pasti tahu dengan Radha,
karena mereka menyanyikan salah satu lagu yang berjudul Radha. Kereen
bukan nama Radha? Sebenarnya masih banyak lagi sih. Dan biasanya
perfilman India sangat identik dengan sebuah tarian dan nyanyian, kenapa?? Coba
deh lihat film india, semuanya pasti menari, apapun ekpresinya atau yang sedang
dialami mereka, baik itu senang, bahagia, sedih, terluka pasti mereka akan
bernyanyi sambil menari. Dan hal itu juga yang mungkin merupakan hoby
dari orang tua baik itu papa maupun mama. Singkat cerita dulunya mereka sangat
senang dengan film india. Mungkin semasa berbadan dua dulu mama saya sangat
sering menonton film india sambil menarikan tarian ala aca aca, mungkin.
Atau bahkan jangan-jangan ketika saya lahir, saya bahkan sudah menari duluan
sambil di iringi musik cayya cayya.
Heheh…
Saya begitu
tertarik dengan yang namanya tari-menari, jangankan ada musik, nggak ada musik
pun saya juga pasti ingin menari, baik itu dengan musik imajinasi ataupun musik
alamiah dari mulut, tangan, atau hentakan kaki saya sendiri. Dari umur 3 tahun
saya sering mendengarkan lagu anak-anak sambil menari-nari sendiri, dan itu
sangat lumrah ketika masa balita. Ketika masuk TK, saya sudah mulai ikut
lomba-lomba tari anak-anak. Ketika SD pun begitu, tapi bukan tari anak-anak
lagi sudah. Begitu juga ketika SMP, kebetulan saya SMP nya mondok di salah satu
pesantren modern di Sumatera Barat, lebih tepatnya di Padang Panjang.
Waktu di pondok, justu menari itu lumayan susah, kenapa?? Karena, kata para
ustad/ustadzah, menari itu identik dengan melenggokan pinggul, sehingga tidak
baik jika harus mempertontonkan lekukan tubuh kepada orang banyak, apalagi yang
bukan mahram. Kalau mau tampil di Pensi pun, ya yang biasa-biasa aja narinya, no
power dan nggak energik. Ya gitu deh, kalau mau tarian yang energik narinya
harus sembunyi-sembunyi, terus videoin sendiri, terus tariannya di sebar lewat
flasdisk. Itu waktu jamannya mondok.
Waktu saya masuk
MAN, alhamdulillah saya bersyukur banget karena sekolah tersebut menyediakan
exskul tari. jadinya, saya dapat dengan mudah mengembangkan bakat saya di
bidang yang satu ini. Saya belajar tari khas Sumatera Barat, kemudian ikut
Dance Competition DBL dan TAX, kemudian menciptakan tari kreasi nusantara.
Namun hal
demikian tidak banyak mendapatkan dukungan dari keluarga, sering kali saya di
peringati untuk segera berhenti melakukan kegiatan-kegiatan semacam itu. Namun
hal tersebut tidak menyurutkan semangat saya untuk tetap berkreatifitas, justru
malah membuat saya semakin beergairah melakukannya, walaupun, untuk pergi latihan
saya selalu beralasan ngerjain tugas kelompok atau ada les tambahan.
Dan kemudian,
dilanjutkan di UIN Sunan Kalijaga, waktu itu saya sibuk nanya-nanya tentang UKM
tari, tapi ternyata malah ora ono. Saya kan sedikit kecewa, sedih.. ahh,
nggak gitu-gitu juga kali. Nggak beberapa lama masuk kampus, ternyata ada
Stand pendaftaran tari yang di naungi oleh BEM-F Adab dan Ilmu Budaya. Saya excited banget
jadinya, buru-buru aja daftar. Singkat cerita saya ngumpul, kemudian
perkenalan, dan memilih tari apa yang mau di pelajari.
Tari pertama saya
waktu itu adalah tari Jaipong, tarian yang berasal dari Jawa barat, ditampilkan
oleh 5 orang termasuk saya sendiri pada acara Pekan Budaya yang di
selenggarakan oleh Fakultas Adab dan Ilmu Budaya tahun 2013.
Penampilan Tari jaipong pada acara malam puncak Pekan Budaya 2013
Sebelumnya
komunitas ini hanya di namai Tari Bem-f, namun dengan berjalannya waktu,
setelah kita membuka pendaftran gelombang kedua, nama Tari Bem-f diganti dengan
nama baru, yaitu Adab Dance Community, kalangan fakultas biasa mengenal kami
dengan sebutan ADC. Kemudian tawaran menari membanjiri komunitas ini di
kalangan UIN SUKA, untuk mengisi acar baik acara hiburan, opening
ceremonial, closing, dan berbagai undangan lainnya.
Kemudian ADC
mulai menggarap bebeberapa tarian untuk produksi tari yang pertama, dalam
penggarapan tersebut ada semacam workshop yang mana pembicaranya didatangkan
langsung dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang merupakan ahli di bidang
produksi tari, kemudian juga ada workshop dalam hal tata rias/ make up serta
kostum.
Dalam produksi
tari tersebut saya mendapatkan tari Arab (Arabic Dance) dengan 4 anggota dari
berbagai jurusan di FAIB.
Foto bersama dengan Pak Patah dan jajaran BEM-F serta para penyair muda
FAIB
Arabic Dance berpose
saya bersama salah satu mahasiswi seni tari
UNY
Setelah produksi
tari pertama yang luar biasa, saya mulai ingin mencoba menciptakan sebuah
tarian modern, yang menurut saya, basic saya lebih ke tarian moderen.
Pada salah satu organisasi Ektra kampus, saya di tunjuk sebagai koordinartor
bagian seni tari dalam Korp saya. Awalnya saya mengajarkan Tari
pasambahan yang berasal dari Sumatera barat. Uniknya, dari segi kostum, tarian
ini mengenakan kebaya seperti tarian jawa. Mungkin kalau orang minang tau, saya
bakal dihajar. Tapi menurut saya ini modifikasi yang sangat menaarik dan
langka.
Sedang membawakan tari pasambahan, sumatera
barat dalam sebuah acara di Convention hall UIN sukijo
Foto bersama
Kemudian saya
kembali berkreasi dengan tarian moderen yang saya beri nama Gelo dance, tarian
itu saya bawakan bersama teman-teman korp, dalam acara ulang tahun Korp Kaisar
yang pertama. Maaf, saya tidak bisa melampirkan fotonya, karena fotonya ada
bersama teman saya yang lain.
Setelah itu ADC kembali lagi menggarap
produksi tari yang kedua, dengan tema Negeri Pencarian, dimana saat itu saya
ditunjuk untuk menjadi seorang ratunya. Saya bak ratu pantai pesisir selatan.
Negeri Pencarian ; sebagai Ratu
Setelah Produksi
tari yang ke dua ADC akan segera menggarap Produksi tari yang ketiga.
Sebelumnya, saya juga melakukan hal yang sama kembali dengan sebuah tarian
moderen yang juga terdapat tarian daerah didalamnya. Dan sayangnya, saya belum
sempat menamai untuk itu.
Saya juga pernah
di undang untuk sebuah penampilan dalam acara Seminar Nasional yang dilakukan
oleh jurusan Ilmu Perpustakaan FAIB. Dimana, pada saat acara itu saya dan
teman-teman sejrurusan membawakan tari piring yang berasal dari sumatera barat,
bukan karena saya orang Padang, jadi saya hanya mengajarkan tarian khas Padang.
Karena saya berdomisili di jogja, saya ingin memperkenalkan kepada masyarakat
jogja dan khalayak umum tentang terian-tarian padang, yang mungkin untuk
tari piring sendiri sudah sangat banyak dikenal.
Tari Piring bersama teman-teman jurusan
Ilmu Perpustakaan UIN Sukijo
penampilan 33 etnis di nol km, Serangan
Umum 1 maret, yogyakarta.
Penampilan tari dalam acara
inagurasi fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Persiapan dalam acara penyambutan tamu dari
Malaysia
Dan untuk tarian ini, kita sudaah memakai
pakaian khasnya, merah dan keemasan dan juga bertanduk.
Saya juga pernah
nari dalam acara car free day yang di adakan oleh koran tribun jogja
dibawah naungan ADC, kemudian juga mengikuti kemah budaya 33 etnis dan tampil
dalam acara selendang sutera 33 etnis nusantara. Dan banyak lagi yang tidak
cukup untuk dijelaskan disini.
Kecintaan saya
terhadap tari ini ada semenjak saya berumur 3 tahun, hanya saja, saya benar
merasa menari ketika di jogja, di UIN tepatnya. Disini saya begitu benar-benar
mengembangkan bakat saya, mulai dari belajar menciptakan sebuah gerakan, make
over, dll.
Ini merupakan
kelebihan yang di berikan Tuhan kepada saya, yang harus saya jaga dan saya
sykuri. Dan juga terimakasih untuk orangtua saya yang saya cintai, dan
teman-teman saya yang selama ini masih istiqomah dalam mengembangkan bakatnya
di bidang seni tari ini.
SemangArt.. :)